Jumat, 18 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan ke 7)

AIR BRUSH SEDERHANA "RERUMPUTAN DI JALAN"

Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan yang diterapkan sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Artinya, pendidikan seni rupa ini diterapkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan yaitu pendewasaan diri, pematangan kemampuan, pematangan keterampilan, maupun pematangan dalam hal kesiapan. Jadi, pendidikan seni rupa ini merupakan alat untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan seni rupa tersebut, diperlukan suatu tingkat imajinasi dan kreativitas dari pelaku seni, dalam hal ini anak usia sekolah dasar. Setiap anak memiliki daya imajinasi yang berbeda – beda. Ada anak yang daya imajinasinya rendah, sedang, bahkan ada yang tinggi. Tidak jarang juga ditemukan anak yang memiliki daya imajinasi yang melampaui batas usianya dan ini perlu mendapat penilaian yang positif untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut menjadi hal yang positif dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi anak. Namun kenyataannya, tidak sedikit juga yang menyalahkan imajinasi – imajinasi anak. Misalnya, seorang anak sekolah dasar yang menggambar rumah transparan sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah tersebut itu terlihat misalnya meja, kursi, lampu dan lain – lain. Dalam kasus ini, seorang guru cenderung menyalahkan apa yang digambar oleh anak dengan mengatakan bahwa sebuah rumah itu memiliki dinding sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah itu tidak terlihat. Seharusnya, seorang guru dapat melihat tidak hanya pada satu sudut pandang, melainkan dari berbagai sudut pandang karena tidak semua anak memiliki daya imajinasi yang sama sehingga guru tidak langsung menyalahkan apa yang dibuat oleh muridnya sebagai hasi dari imajinasinya, tetapi memberikan nilai atau apresiasi yang positif terhadap anak tersebut.
Pendidikan seni rupa sebagai alat dapat diterapkan melalui teknik air brush sederhana. Teknik air brush sederhana merupakan salah satu teknik dalam kerajinan tangan dan seni rupa yang menggunakan alat – alat atau media yang sederhana seperti saringan, sikat gigi, cat air, palet, motif dari daun – daun dan buku gambar. Selain cat air, bahan pewarna juga dapat menggunakan sumba, namun kelemahan dari menggunakan media sumba sebagai pewana ini yaitu pilihan warna yang terbatas serta sulit untuk memadukan warna dalam proses pembuatan teknik air brush. Begitu juga dengan saringan, selain saringan juga dapat digunakan sisir sebagai pengganti media saringan. Akan tetapi, hasil dari teknik air brush yang menggunakan sisir tidak sehalus menggunakan saringan besi. Gambar dibawah ini merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana yang telah dibuat.

                  
  
Pada gambar diatas yang merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana dibuat dengan menggunakan motif dari dedaunan. Proses pembuatannya diawali dengan menyiapkan bahan – bahan, kemudian daun yang telah disiapkan diletakkan diatas kertas gambar. Daun yang dipersiapkan itu harus memiliki berat sehingga seluruh bagiannya dapat menempel pada kertas gambar, lalu atur posisi daun tersebut sesuai pola yang diinginkan.  Kemudian encerkan cat air, namun jangan terlalu encer karena dapat menyebabkan tetesan yang sangat besar saat melakukan teknik air brush sederhana. Setelah cat air diencerkan, gunakan sikat gigi untuk mengambil cat air pada palet tersebut dan gosokkan secara terus menerus dengan arah maju mundur pada saringan yang berada diatas kertas gambar yang sudah berisi daun. Pemilihan saringan juga dapat menentukan tingkat kehalusan dari karya teknik air brush sederhana ini. Saringan yang terbuat dari besi akan menghasilkan sebuah karya air brush yang lebih halus.
Pola dari daun yang digunakan dalam teknik air brush ini juga dapat dipindah – pindah sehingga akan menghasilkan gradasi warna pada pola dari teknik air brush sederhana ini. Pelaksanaannya yaitu setelah pola pertama terbentuk dengan warna yang telah dipilih, misalnya dengan warna merah, kemudian pindah pola tersebut ke arah lain dan kembali gosokkan sikat gigi yang telah berisi cat air diatas kertas gambar pada saringan dan lakukan pemindahan pola ini sesuai tingkat kebutuhan dari karya yang akan dihasilkan. Pemilihan warna dalam setiap pemindahan pola ini juga dapat divariasikan dengan menggunakan warna yang berbeda – beda pada setiap urutan pola. Dengan demikian, hasil karya yang dihasilkan juga memiliki gradasi warna yang lebih menarik. Seperti pada gambar hasil karya air brush diatas yang memadukan lebih dari satu warna yaitu warna merah, hijau tua, dan hijau muda dari setiap tahapan pola yang dibuat. Dengan memadukan warna – warna tersebut, maka hasil karya dari teknik air brush sederhana ini akan terlihat lebih menarik. Pola yang berasal dari daun diatas juga dipindah – pindah sehingga menghasilkan tidak hanya satu pola. Kemudian, ditambahkan juga titik – titik yang berbentuk seperti bunga diatas pola yang telah dibuat untuk menegaskan hasil karya yang dibuat.

Apabila dilihat secara keseluruhan setelah pembuatan karya air brush ini berakhir, dari sudut pandang pelaku sebagai pembuat karya air brush ini melihat pola berpindah yang dihasilkan dari daun ini tampak seperti rerumputan yang rimbun dan terdapat bunga kekuningan dari rerumputan liar yang ada disekitarnya dan dominan mencerminkan suasana alam dengan arah rumput yang kekiri dan kekanan. Proses pembuatan dari karya ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran yang tinggi dalam menggosok – gosokkan sikat yang sudah berisi cat air pada saringan yang letaknya diatas kertas gambar dengan pola daun yang telah dipasang. Sedikit saja salah bersikap dalam proses pembuatan air brush, maka akan berdampak pada rusaknya karya teknik air brush yang sedang dibuat. 

Oleh : Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Jurusan PGSD Semester IV UNDIKSHA.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan, khususnya mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Jumat, 04 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (pertemuan ke 6)

MONTASE ‘ANAK SEKOLAHAN’

            Teknik montase merupakan suatu teknik menggambar dengan memanfaatkan bentuk – bentuk yang telah ada. Montase ini lahir dalam dunia perfilman, dan dalam proses pembuatan perfilman tersebut, teknik montase ini banyak digunakan. Misalnya, dalam suatu perfilman terdapat aksi yang menakjubkan, menegangkan. Pembuatannya ini menggunakan teknik montase yaitu dengan cara menempelkan, sehingga aksi –aksi yang menakjubkan, menegangkan, bahkan membahayakan terlihat seperti nyata. Selain dalam dunia perfilman, teknik montase ini juga cocok diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya di nsekolah dasar. Teknik montase ini dikatakan cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena kegiatan ini dapat meningkatkan daya imajinasi anak, seni, dan kreativitas anak juga diperhatikan dalam pembuatan montase ini. Daya imajinasi yang dimiliki oleh tiap anak itu berbeda – beda. Ada yang memiliki daya imajinasi yang rendah, baik, bahkan ada anak yang daya imajinasinya tergolong sangat baik dan hasil kreativitasnya tersebut diluar perkiraan orang pada umumnya. Meskipun anak sekolah dasar tergolong masih bersifat kekanak – kanakan, namun tidak sedikit dari mereka yang memiliki daya imajinasi luar biasa hingga mampu menciptakan suatu karya seni montase yang unik dan menarik. Hal ini menandakan tidak semua anak sekolah dasar memiliki daya pikir dan daya imajinasi yang biasa – biasa saja.
            Dalam pembuatan montase, hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah mengumpulkan gambar – gambar yang menarik, baik itu dari majalah, koran, maupun sumber – sumber lainnya. Gambar – gambar yang telah dikumpulkan ini belum memiliki cerita. Namun, dengan menggunakan teknik montase, gambar – gambar yang telah dikumpulkan dan belum memiliki cerita ini akan menjadi suatu gambar baru dan memiliki cerita yang terkait dengan hasil susunan ataupun tempelan gambar  - gambar tersebut. Pembuatan gambar atau karya seni melalui teknik montase ini hampir tidak ditemukan kesulitan yang terlalu signifikan, karena dalam proes pembuatannya hanya menggunting dan menempel gambar – gambar yang telah dikumpulkan menjadi suatu karya seni dengan cerita yang baru. Hanya saja, daya imajinasi anak dalam hal ini yang akan mendasari hasil karya montase anak tergolong rendah, baik, atau amat baik. Semakin kuat daya imajinasi yang dimiliki oleh anak, maka hasil karya montase pun akan semakin unik dan menarik. Seperti yang terlihat pada montase di bawah ini.


Proses pembuatan montase diatas diawali dengan mengumpulkan berbagai gambar dari buku – buku bekas, kemudian menggunting gambar – gambar tersebut. Setelah itu, gambar – gambar yang telah digunting itu disusun sesuai dengan imajinasi pembuat montase. Dari hasil penyusunan gambar – gambar tersebut, tingkat imajinasi anak (pembuat montase) akan dapat ditafsirkan. Tingkat imajinasi yang baik bahkan amat baik, cenderung akan menghasilkan karya montase yang unik dan kreatif. Sedangkan tingkat imajinasi yang tergolong biasa – biasa saja, cenderung menghasilkan karya montase yang standard an biasa – biasa saja.
Dalam proses pembuatan karya montase ini juga dapat dipadukan dengan memanfaatkan teknik lainnya, seperti menggambar dengan crayon, spidol, pensil warna, melukis dengan menggunakan cat air, maupun dengan teknik lainnya. Seperti yang terlihat pada montase diatas yang dipadukan dengan memanfaatkan teknik menggambar dengan menggunakan crayon. Namun, meskipun dapat dipadukan dengan teknik yang lainnya, eknik montase ini harus tetap ditonjolkan. Artinya, teknik selain tenik montase tidak mendominasi dalam pembuatan suatu karya senidengan menggunakan teknik montase.
Gambar gambar yang digunakan pada teknik montase, sebelumnya tidak memiliki cerita tersendiri. Namun, setelah disusun dengan memperhatikan imajinasi masing – masing pembuat karya montase, gambar yang tidak memiliki cerita tersebut akhirnya memiliki suatu cerita tersendiri. Pada montase yang telah dibuat seperti pada gambar diatas, montase tersebut mengandung sebuah cerita tentang dua orang anak sekolah dasar yang kembar sedang berjalan menuju sekolah. Ditengah perjalanan, mereka melihat seorang anak yang duduk sendiri di bawah rimbunnya pepohonan sambil membaca buku. Anak itu memang tetangga dari anak kembar ini, yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi keluarga anak tersebut yang lemah. Namun, ditengah keterbatasan tersebut, anak teersebut tetap memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga meskipun ia tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah, ia selalu belajar apapun yang bisa dipelajari dibantu oleh teman – teman dan orangtuanya dengan buku seadanya yang berasal dari sumbangan teman – teman di sekitar rumah anak tersebut. Kemudian anak kembar ini berencana untuk menyumbangkan lagi buku – bukunya yang sudah tidak terpakai itu kepada tetangganya karena mereka prihatin melihat kondisi dan semangat ynag dimiliki oleh tetangganya itu.
Sebelum disusun, gambar – gambar yang ada pada montase diatas tidak memiliki cerita seperti setelah gambar – gambar tersebut disusun. Namun, setelah disusun menurut imajinasi pembuat karya montase, maka gambar – gambar tersebut akan terlihat unik, menarik, kreatif, serta mengandung cerita tersendiri.


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.
Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Semester IV Jurusan PGSD.

Sabtu, 22 Maret 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (pertemuan ke 5)

MOZAIK DORAEMON SEDERHANA



      Mozaik merupakan teknik menggambar dengan cara memanfaatkan bentuk-bentuk geometris tertentu sebagai pengganti bahan pewarna. Contoh bahan dalam pembuatan mozaik meliputi keramik, kaca warna, dan contoh bahan lainnya. Dalam pembuatan mozaik sederhana, digunakan bahan kertas bekas ataupun kertas berwarna yang berukuran kecil dan dirangkai hingga menghasilkan suatu warna yang unik dan menarik.
          Mozaik sudah ada sejak jaman dahulu, khususnya pada rumah-rumah manusia saat itu. Rumah-rumah di zaman dahulu, tingginya mencapai lima kali tinggi manusia dengan menggunakan mozaik yang indah sebagai penghias dinding rumah di masa itu. Ini menandakan, seni mozaik telah ada sejak dahulu. Seni mozaik berbeda dengan montase. Bentuk dari seni mozaik dirancang sendiri, namun seni montase bentuknya tidak merancang sendiri, melainkan dengan menempelkan bentuk-bentuk yang sudah ada. Seperti seni mozaik doraemon sederhana yang terlihat di atas, bentuknya dirancang sendiri, baik itu pola mozaik, maupun pola kertas yang akan digunakan.
        Dalam pembuatan mozaik sederhana, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, salah satunya yaitu pemisahan potongan-potongan kertas menurut klasifikasi warnanya masing-masing sehingga dalam proses pembuatan mozaik sederhana tidak lagi kerepotan maupun kebingungan dalam mencari warna yang diinginkan. Seperti pada gambar diatas, potongan kertas yang berwarna biru, merah dan hitam dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga proses pembuatannya dapat berjalan dengan lebih baik. Kerapian tempelan, perpaduan warna serta motif tempelan pada mozaik sederhana ini sangat menentukan keindahan seni mozaik yang dihasilkan dan ini bukan merupakan hal yang mudah meskipun terlihat sangat mudah. Latar yang digunakan dalam pembuatan mozaik sederhana ini dapat digunakan biji-bijian, beras, maupun bahan yang lainnya dan diusahakan memilih warna bahan yang kontras dari warna seni mozaik, sehingga terlihat perbedaannya. Seperti yang terlihat pada gambar diatas, digunakan beras yang diberi warna merah lalu dikeringkan, sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan seni mozaik sederhana ini.
          Pembuatan mozaik sederhana dengan menggunakan kertas ini memerlukan waktu yang cukup lama serta memerlukan kesabaran yang extra dalam proses pembuatannya sehingga bagaimanapun hasil dari seni mozaik sederhana khususnya pada siswa, perlu mendapatkan apresiasi yang baik karena proses pembuatannya yang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
        Pembuatan karya seni mozaik sederhana ini memilih gambar doraemon sebagai pola karena doraemon merupakan salah satu icon dalam dunia kartun yang dekat dengan anak-anak, khususnya anak usia SD. Sehingga dalam penerapannya di sekolah dasar, akan lebih menarik minat siswa dalam membuat mozaik sederhana. Selain itu, pembuatan karya seni mozaik sederhana ini cocok diterapkan di sekolah dasar karena makna dari pembuatan karya seni ini selain menghasilkan suatu karya seni juga melatih kesabaran siswa dan ini baik diterapkan sejak usia sekolah dasar.

Oleh: Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) kelas A, jurusan PGSD, semester IV. 

Sabtu, 15 Maret 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Tugas Mereview Artikel)

SEKALI LAGI, TENTANG KOMIK
Oleh Jajang Suryana

        Banyak pengertian yang bertalian dengan komik, mulai dari yang mendasar hingga yang bersifat umum. Namun pada perkembangannya, pengertian komikpun mulai meluas bahkan melenceng dari pengertian umum karena berkembangnya pola pikir dan pola tindak manusia. Tahun 1951-an Poerwadarmita (penyusun Lugat Ketjil Bahasa Indonesia) belum memasukkan istilah komik, sehingga masih dianggap asing. Namun dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), komik diartikan sebagai sebagai "bacaan bergambar, cerita bergambar (majalah, surat kabar ataupun buku)" (Poerwadarminta, 1991:517). Para penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan komik sebagai "cerita bergambar yang mudah dicerna dan lucu" (Moeliono, djp, 1990:452). Namun kini, komik tidak hanya menceritakan hal lucu, gembira dan sebagainya, tapi juga kesadisan, kekerasan dan lainnya. Contohnya komik keluaran perusahaan Warner Bros yang tokoh binatangnya sering berperan jahat. Sehubungan dengan itu, Mc Cloud memasukkan tokoh-tokoh pahlawan super berkostum warna cerah seperti batman, superman, dan lainnya serta "sesuatu yang dapat merusak mental remaja" seperti pada komik-komik Jepang. Tema komik buatan Jepang beragam seperti cerita anak murni (doraemon), cerita anak ditujukan pada orang dewasa (detectif conan) dan cerita remaja (sailor moon). Majalah intisari, Juni 2001 memuat tulisan Andrian W.D yang mengangkat permasalahan "Kontroversi di Balik Film Kartun". Disebutkan salah satu film kartun di RCTI yang dihentikan penayangannya karena banyak sikap yang tidak baik untuk ditiru. Kasusnya, pada tahun 1995-1996 seorang murid menusuk gurunya karena pengaruh film kartun "Neon Ganesis Evangelion (Andrian 2001:115). Namun di Indonesia belum ditemukan kasus seperti ini. Akibat langsung dari film animasi khususnya komik terlihat dari kesukaan siswa mengoleksi buku komik dan meniru tokoh kesayangan mereka.

Keberadaan komik di mancanegara
Komik adalah jenis buku cerita yang dilenglapi gambar, bukan cergam (cerita bergambar). "Dalam cergam, gambar berperan sebagai ilustrasi, pelengkap tulisan, sehingga sebetulnya tanpa hadir gambarpun cerita masih dapat dinikmati oleh pembacanya" (Masdiono, 1988:9). Menurut para ahli, gambar cerita telah ada sejak jaman prasejarah. Wayang juga dikenal pernah mengalami masa gambar cerita. "Tentu saja keahlian membuat gambar (komik) seperti itu tidak berkembang seperti cerita gambar yang dikenal sekarang (Jakarta-Jakarta, No.99,1988:18). Tampaknya cikal bakal komik Masdiono yang disebut gamcer (gambar cerita) telah ada sejak jaman masa kerajaan nusantara lama. Mc cloud menyatakan bahwa komik hanyalah sebagian epik dari naskah bergambar pada jaman pra colombus yang ditemukan Cortes tahun 1519. Sekalipun berbentuk gambar, tapi bukan termasuk komik karena unsur gambarnya melambangkan bunyi (Mc Cloud, 2001:12). Nama - nama pekomik termansyur seperti Rudolf toffler (1766-1846) dari Jenewa, Wilem Busch (1832-1908) dari Jerman Caran d'ache dan Rabier dari Perancis, serta Tom Bown dari Inggris. Tahun 1910 terbit komik-komik yang lebih intelektual, namun tahun 1924 berubah ke arah cerita kemasyarakatan. Tahun 1929-an muncul cerita tarzan, lalu disusul flash gordon, scret agent X-9, jules jim, terry the pirate, prince valiant, batman, phantom, serta mandrake yang cenderung berisi petualangan . Kemudian muncul komik science fiction seperti superman. Cerita mickey mouse dan donald duck (disney) muncul tahun 1931-an (Jakarta-Jakarta,ibid:20). Komik dengan berbagai tema muncul dari para pekomik Jepang yang ditata berbeda dengan komik keluaran negara lainnya, yaitu teknik banyak frame dilengkapi close up bagian - bagian tertentu, kemudian dirangkai dengan ketidakteraturan pemilihan bidang gambar, dan hal ini mengilhami para pekomik muda Indonesia.

Komik diantara karya-karya seni rupa
Komik termasuk karya gabungan dimana seni rupa sebagai induk kegiatan utamanya (seni gambar, seni ilustrasi, seni grafis) dipadu dengan unsur seni sastra. Namun, banyak kalangan teoretisi seni rupa dan sastra yang enggan memasukkan komik dalam kategori seni utama.

Seni utama:
Teori seni rupa Barat mengelompokkan seni rupa dalam dua bentuk yaitu seni murni (pure art) dan seni terap (applied art). Namun dalam buku senirupa, bahasannya mengutamakan bahasan jenis seni rupa murni sehingga yang tidak termasuk seni rupa murni kurang banyak di bahas.

Seni remeh:
Yang termasuk kategori srni remeh yaitu kegiatan senirupa diluar kelompok seni murni, seni utama. Sulitnya menemukan buku yang isinya mendalam tentang seni terapan, membuat komik yang termasuk kelompok seni remeh, kurang diperhitungkan keadaannya.

Penghargaan terhadap pelaku seni:
Istilah seniman dan perajin lahir dari pembedaan kelas sosial pelaku seni rupa. Seniman (artist) adalah sebutan untuk pelaku seni akademis dan orang kota. Sebaliknya perajin (craftsman) adalah untuk menunjuk pelaku seni non akademisi dan orang desa. Pekomik, dalsm teori seni rupa indonesia hanya dihargai sebagai perajin saja, yaitu pelaku seni yang karyanya terkait dengan pesanan, jual beli dan sejenisnys. padahal yang mengaku seniman, hingga kini sibuk mengatur strategi penjualan karya yang dahulu dianggap "aib bagi seniman" kini mereka banggakan sebagai suatu keberhasilan.

Komik dan gambar buatan anak-anak
Dari beberapa hasil observasi, anak usia 5-9 tahun suka meniru gambar yang disukainya bahkan pada anak yang memiliki pembawasn khusus, pada usia 2,8 tahun sudah bisa meniru gambar tokoh cerita yang disukainya. Hal ini dihambat oleh perkembangan nalar yang semakin realis. Mirip dan tidak miripnya gambar anak menjadi penghambat tingkat ekspresivitasnya anak dalam menggambar.

Review dari Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) kelas A, PGSD semester 4.
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (pertemuan ke 4)

TEKNIK BATIK SEDERHANA DI SEKOLAH DASAR



       Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan pelaksanaan proses belajar dengan memadukan berbagai matapelajaran yg relevan dan berkaitan dalam proses pembelajaran. Contohnya, mata pelajaran senirupa, IPA, dan bahasa Indonesia dapat dipadukan dengan melatih siswa membuat batik sederhana. Dikatakan batik sederhana karena proses pembuatan serta alat yang digunakan juga sederhana. Melalui pembuatan batik sederhana, siswa dapat mempelajari senirupa dengan dapat menghasilkan karya seni berupa batik sederhana. Mempelajari IPA, misalnya  siswa dapat mempelajari alat-alat pembuatan batik apa saja yang berasal dari lingkungan, kemudian mempelajari bahasa Indonesia yaitu siswa dapat berlatih mendeskripsikan hasil karyanya dan menjelaskan tentang konsep dari pembuatan hasil karya seni batik sedehana.
      Batik sederhana merupakan hasil karya seni membatik  yang proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan media yang sederhana, sehingga cara kerjanyapun sederhana juga. Proses pembuatan batik sederhana ini dimulai dengan menyiapkan alat-alat yang mendukung dalam proses membuat batik sederhana tersebut. Seperti terlihat pada gambar diatas, peralatan yg perlu disiapkan meliputi kertas gambar, crayon, kuas cat air atau kuas cat minyak no.7, cat air, palet dan koran. Proses pembuatan batik sederhana ini berbeda dengan proses pembuatan batik yang sebenarnya. Dilihat dari segi peralatan yang disediakan, pembuatan batik yang sebenarnya yaitu menggunakan pewarna untuk memberikan warna pada batik, menggunakan perintang berupa lilin malam, medianya yaitu kain dan menggunakan canting.
      Langkah-langkah pembuatan batik sederhana seperti yang terlihat pada gambar diatas adalah sebagai berikut:
  1. Buatlah motif batik dengan menggunakan crayon diatas kertas gambar.
  2. Pastikan dalam motif batik yang dibuat, terdapat motif yang penuh serta terdapat juga motif yang tidak penuh dengan warna.
  3. Setelah pembuatan motif batik dengan menggunakan crayon selesai, lalu siapkan cat air yang sudah dicampur dengan air pada palet. Pemilihan warna dasar, hendaknya menggunakan warna yang berbeda dari warna motif yang telah dibuat, sehingga akan terlihat perbedaan warna antara warna dasar dengan warna motif.
  4. Siapkan kuas cat air atau kuas cat minyak.
  5. Poleskan cat air tersebut pada kertas dengan menggunakan kuas, lalu keringkan.
   Setelah melakukan proses pembuatan batik dengan menggunakan teknik batik sederhana, diketahui bahwa motif batik penuh dengan warna yang telah dibuat  dengan crayon akan tetap terlihat meskipun telah dipoles dengan cat air, dan pada motif yang tidak penuh dengan warna atau ada ruang kosong dalam motif tersebut, maka cat air tersebut akan menyatu pada ruang kosong dalam motif tersebut. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa crayon tersebut berperan sebagai perintang, cat air sebagai pewarna, dan kertas sebagai media dalam pembuatan batik sederhana.
          Dalam pembelajaran tematik, selain pembelajarannya yang bersifat terpadu, siswa juga dituntut untuk dapat menggali pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran. Dengan melakukan proses pembuatan batik sederhana ini, siswa akan menemukan sendiri tentang sifat-sifat dan fungsi dari masing-masing alat yang digunakan, sehingga proses pembelajaran tidak bersumber penuh pada guru, melainkan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, seperti tuntutan kurikulum tahun 2013 yang berlaku saat ini.

Oleh: Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A, PGSD, Semester 4.

Rabu, 05 Maret 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan 3)

PENGKATEGORIAN SENI RUPA

        Seni rupa terdiri dari seni rupa murni (fine art) dan seni rupa terapan (applied art). Dalam seni rupa barat, seni murni merupakan seni rupa yang mengutamakan nilai estetis saja, sedangkan seni terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakan nilai fungsional. Pembedanya yaitu adanya kelas sosial yang meliputi pekota dan pedesa. Orang pekota ketika ia menghasilkan sebuah karya seni menyebut dirinya sebagai seniman, artist dan lainnya. Orang pekota tidak setuju jika ia disebut, tukang, perajin, karyawan atau lainnya dengan alasan kemajuan zaman. Di sisi lain yaitu orang pedesa menyebut dirinya perajin, tukang, dan lainnya ketika ia telah menghasilkan suatu karya seni. Orang pedesa tidak pernah menuntut sebutan untuk dirinya agar sama seperti orang pekota. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kelas sosial dari orang pekota dan orang pedesa, meskipun baik orang pekota maupun orang pedesa sama-sama menghasilkan karya seni dan sama-sama sebagai seorang seniman.
         Muncul pertanyaan, "apakah hasil karya seni rupa antara orang pekota dan pedesa itu sama?". Jawabannya pun beragam. Ada yang berpendapat bahwa hasil karya seni rupa orang pekota lebih modern, lebih berkualitas dibandingkan orang pedesa, namun ada juga yang berpendapat bahwa karya seni rupa orang pedesa tidak kalah saing dengan hasil karya seni rupa orang pekota, bahkan mungkin lebih baik. Berbagai pendapat ini tidak salah, namun sebenarnya jika seseoang mendalami seni, khususnya dalam hal seni rupa, maka baik itu orang pekota maupun orang pedesa dapat menghasilkan karya seni yang sama, dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Contohnya, dari segi kemampuan, orang pekota bisa melukiskan suasana pedesaan, begitu juga halnya dengan orang pedesa. ia juga dapat melukiskan suasana perkotaan yang penuh bangunan bertingkat, padat dan penuh keramaian.
Kembali pada seni rupa murni dan seni rupa terapan, beberapa contoh dari seni rupa murni (pure art, fine art) dan seni rupa terapan (applied art) yaitu:
a) Seni rupa murni (pure art, fine art) meliputi:
  • Seni lukis
  • Seni patung
  • Seni pahat
  • Seni grafity
  • Seni photografi
  • Seni ukir
  • Seni kaligrafi
  • Seni arsitektur
  • Seni dekorasi
  • Seni grafis, dan lain-lain.

b) Seni rupa terapan (applied art) meliputi:
  • Seni bangun
  • Seni batik
  • Seni reklame (baliho, poster,pamplet, stiker, dll)
  • Seni tenun
  • Seni pahat
  • Seni grafis
  • Seni photografi
  • Seni kria (lgam, kayu, kaca, fiber, plastik, batan, keramik, tanah liat, batik, tekstil)
  • Seni ukir, dan lain-lain.
       Selain sebutan untuk orang pekota maupun orang pedesa yang menghasilkan karya seni itu berbeda, sebutan untuk hasil karya seni rupa merekapun berbeda. Orang pekota menyebut hasil karyanya dengan sebutan "seni rupa" untuk karya seni murni dan "design" untuk karya seni terapan orang pekota. Istilah design disini diartikan sebagai komunikasi visual. Sedangkan orang pedesa menyebut karya seni terapannya dengan sebutan "Kerajinan Tangan". Hal ini disebabkan oleh tidak ingin disamakannya orang pekota dengan orang pedesa terkait dengan karya seni yang dihasilkannya.
           Seni rupa sebagai alat pembelajaran lebih menekankan pada seni budaya yang terdiri dari seni rupa, seni tari, dan seni musik karena aspek ini erat kaitannya dengan budaya. Seni rupa dalam perkembangannya dalam proses pembelajaran juga telah berulang kali berganti nama seperti kertakes, kerajinan tangan, serta seni budaya. Salah satu faktor penyebabnya yaitu pergantian kurikulum dari waktu ke waktu untuk memenuhi standar pendidikan yang terus berkembang.
  

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan 2)

"GORESAN PENUH WARNA"



           Pengalaman dalam menuangkan ritme lagu "Juru Pencar" ke dalam goresan-goresan cat air ini merupakan hal yang untuk pertama kalinya saya lakukan. Tidak mudah memang dalam memilih warna dan melukis bentuk goresan diatas sebuah kertas dengan cat air, apalagi berdasar pada ritme sebuah lagu. Pada awal proses pembuatan gambar ini, sempat muncul rasa kebingungan tentang apa yang harus saya goreskan diatas kertas ini. Namun, saya berusaha untuk tetap melukis, melukis, dan melukis bentuk yang muncul dalam pikiran saya.
          Proses pembuatan gambar dengan cat air ini memang cukup sulit bagi saya sebagai seorang pemula. Namun, dengan keyakinan yang saya miliki, saya tetap melanjutkan goresan demi goresan hingga jadilah sebuah gambar seperti yang terlihat diatas. Gambaran ini tentu memiliki makna khusus karena setiap seni itu memiliki makna, meskipun makna tersebut berbeda-beda dari cara pandang masing-masing orang yang mengamati gambar tersebut. Namun menurut saya sebagai pembuat gambar diatas, ketika goresan-goresan saya dikatakan telah jadi dalam bentuk sebuah gambar seperti gambar yang saya buat diatas, makna yang dapat saya amati dari gambar diatas adalah makna kehidupan yang penuh dengan petualangan, coban hidup, yang harus dilalui untuk meraih sebuah masa yang disebut masa kejayaan (gambar segi empat berwarna kuning). Akan tetapi, meskipun masa kejayaan tersebut telah berhasil diraih, petualangan, cobaan hidup baik suka maupun duka tidak akan berhenti seketika. Melainkan terus berkelanjutan, karena hidup adalah perjuangan dan hidup selalu didampingi dengan permasalahan yang harus kita selesaikan.
      Perasaan bahagia ketika telah mampu menyelesaikan gambar ini, tentu sangat terasa dan sangat memotivasi saya dalam meningkatkan kualitas diri saya dalam hal melukis dengan media cat air, karena saya sadari hasil karya saya masih tergolong sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Seperti yang terlihat pada gambar diatas, bentuk gambar dan pemilihan warna masih kurang baik, serta makna gambar masih belum terlihat jelas. Namun ini adalah awal dari proses saya dalam berlatih melukis dengan media cat air diatas kertas gambar yang akan memotivasi saya dalam mewujudkan gambar yang lebih baik lagi.

Nama      : Ni Luh Ketut Yunita Sari
NIM        : 1211031013
Kelas       : A
Semester  : IV
Jurusan     : PGSD