Jumat, 13 Juni 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa

FORMAT PENULISAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Berikut ini diuraikan runtutan penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut kurikulum 2013.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan     :
Kelas/Semester            :
Tema/subtema             :
Alokasi waktu              :

     A. Kompetensi Inti (KI)
     B. Kompetensi Dasar dan Indikator
          1.  .................................. (KD pada KI-1)
          2.  .................................. (KD pada KI-2)
          3.  .................................. (KD pada KI-3)
               Indikator : ........................................
          4.  .................................. (KD pada KI-4)
               Indikator : ........................................
KD-1 dan KD-2 dari KI1 dan KI2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.
     C. Tujuan Pembelajaran
     D. Materi Pembelajaran (rincian dari materi pembelajaran)
     E. Metode Pembelajaran (rincian dari kegiatan pembelajaran)
     F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
         1. Media
         2. Alat/Bahan
         3. Sumber Belajar
     G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
         1. Pertemuan ke-satu:
             a. Pendahuluan (........ menit)
             b. Inti (....... menit)
             c. Penutup (........ menit)
         2. Pertemuan ke-dua:
             a. Pendahuluan (....... menit)
             b. Inti (....... menit)
             c. Penutup (......... menit)
     H. Penilaian
          1. Jenis/Teknik Penilaian
          2. Bentuk instrumen dan instrumen
          3. Pedoman penskoran
     

Senin, 09 Juni 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rancangan tentang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dan disusun sebelum proses pembelajaran tersebut dilaksanakan, sehingga proses pembelajaran tersebut akan berlangsung dengan lebih optimal. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah turunan dari Silabus dan apabila dibandingkan dengan Silabus, RPP sifatnya lebih spesifik dalam mengatur apa yang harus terjadi dalam suatu proses pembelajaran. Pada umumnya, Silabus mengatur tentang kompetensi-kompetensi serta alokasi waktu selama satu semester, sedangkan RPP  dibuat pada masing-masing materi dalam satu pertemuan. Hal ini yang menyebabkan RPP sifatnya lebih spesifik (lebih mengkhusus) dibandingkan dengan Silabus.
  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengandung beberapa komponen yang perlu untuk diperhatikan dalam proses penyusunannya, diantaranya yaitu:
  1.  Identitas sekolah.
  2. Identitas tema/subtema.
  3. Kelas/semester.
  4. Materi pokok.
  5. Alokasi waktu, yang ditentukan sesuai keperluan dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai.
  6. Kompetensi Inti, merupakan kompetensi yang telah ditetapkan oleh negara yang sifatnya 'given' yaitu tidak dapat diubah. Oleh karena itu, kompetensi itu harus diterapkan seperti yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
  7.  Kompetensi Dasar, kompetensi dasar juga disusun oleh pemerintah dan tidak dapat diubah. Berarti, pemerintah telah menyiapkan kompetensi yang mendasar yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Kompetensi dasar tersebut mencakup kemampuan spesifik seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran.
  8.  Indikator, merupakan bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dapat diubah dan disesuaikan dengan kondisi siswa, satuan pendidikan dan potensi daerah dan bersifat operasional (dapat diukur). Penggunaan kata dalam pembuatan indikator, sebaiknya menggunakan kata yang menuntut siswa untuk mengerjakan sesuatu. Indikator dalam RPP harus sejalan dengan kompetensi dasar dan sebaiknya memenuhi tiga aspek dalam Taksonomi Bloom yaitu kognisi (pengetahuan), apeksi (sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Dalam merumuskan indikator, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi dalam KI dan KD, indikator dimulai dari tingkat berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, juga dari kongkrit ke abstrak. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal pada kompetensi dasar, serta indikator harus menggunakan kata kerja yang operasional.
  9.  Tujuan Pembelajaran, merupakan turunan dari indikator dan mengacu pada indikator-indikator yang telah ditetapkan. Misalnya, pada indikator pertama yaitu menyatakan rasa syukur. Maka, tujuan pembelajaran yang pertama yaitu dapat menyatakan rasa syukur.
  10. Materi pembelajaran, yaitu rincian dari materi pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
  11.  Metode Pembelajaran, merupakan rincian dari kegiatan pembelajaran yang digunakan pendidik untuk menciptakan suasana belajar agar kompetensi dasar dapat tercapai dan disesuaikan dengan karakteristik siswa. Pemilihan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam satu kali pertemuan boleh menggunakan satu metode, yang penting metode tersebut dapat memenuhi semua proses yang akan dilaksanakan. Namun hingga saat ini, belum ada satu metodepun yang sempurna, sehingga dalam proses pembelajaran harus menggunakan lebih dari satu metode seperti metode ceramah, diskusi, dan unjuk kerja dalam satu kali pertemuan.
  12. Media, alat dan sumber pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran. Alat pembelajaran yaitu alat bantu yang dapat memudahkan guru dalam memberikan pengertian pada siswa. Sumber belajar yaitu sumber yang relevan dengan materi pelajaran, seperti buku, media cetak, dan sumber lainnya.
  13. Langkah-langkah pembelajaran yang mencakup pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
  14.  Penilaian yang terdiri dari jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan pedoman penskoran. Evaluasi adalah salah satu bentuk penilaian yang mengacu pada indikator. Sehingga, apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran, itu juga yang di evaluasi.
       Penentuan proses pembelajaran dalam kegiatan inti, harus diketahui secara seksama dari setiap bagiannya yang terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Guru harus mengetahui perbedaannya secara jelas karena ini merupakan kegiatan inti pembelajaran. Perbedaannya yaitu pada eksplorasi, siswa dituntut untuk dapat mencari dan menggali pengetahuannya sendiri. Kemudian pada elaborasi, siswa melakukan aktivitas yang kegiatannya memahami materi dengan lebih mendalam. Lalu pada tahap konfirmasi, kegiatannya lebih menekankan pada penyamaan persepsi, umpan balik, untuk mengetahui seberapa jauh siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. Apabila guru memahami perbedaan dari setiap tahap ini, maka proses pembelajaran akan sesuai dengan rencana yang seharusnya dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih optimal.

Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) kelas A jurusan PGSD semester 4.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah kerajinan tangan dan seni rupa.















Minggu, 01 Juni 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa

CETAK TINGGI SEDERHANA

        Mencetak merupakan salah satu teknik yang dipergunakan dalam memperbanyak bentuk. Salah satu teknik yang tergolong dalam mencetak adalah cetak tinggi sederhana. Cetak tinggi merupakan teknik mencetak dengan mencukil pencetak sehingga ketika pencetak tersebut di celupkan pada tinta ataupun cat, akan menghasilkan bentuk seperti yang muncul pada pencetak. Dikatakan sederhana, karena cetak tinggi ini menggunakan bahan-bahan yang sederhana seperti wortel, pelepah pisang, kentang, dan umbi-umbian lainnya. Selain bahan-bahannya yang sederhana, proses pembuatannya juga cukup sederhana. Untuk menghasilkan karya cetak tinggi sederhana, maka alat dan bahan serta cara pembuatan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut.
 Alat dan Bahan:
 Umbi-umbian
 Pelepah pisang
 Bantalan tinta
 Kertas gambar
 Cutter
 Tinta/cat
 Cara membuat:
  1. Apabila menggunakan pelepah pisang, pelepah pisang tersebut dapat langsung dicelupkan pada bantalan tinta yang telah terisi tinta. Namun, apabila menggunakan umbi-umbian, umbi-umbian tersebut dibentuk terlebih dahulu, sesuai dengan keinginan dengan menggunakan cutter. 
  2. Kemudian, celupkan pada bantalan yang telah berisi tinta. Setelah dicelupkan pada bantalan tinta, selanjutnya tempelkan umbi atau pelepah pisang yang telah berbentuk tersebut pada kertas gambar. 
  3. Kemudian rangkailah bentuk-bentuk cetakan tersebut sehingga menghasilkan suatu bentuk yang unik, misalnya burung merak, pepohonan, dan lain-lain.

Berikut ini merupakan hasil karya yang menggunakan teknik cetak tinggi sederhana:




          Gambar diatas merupakan contoh hasil karya dari cetak tinggi sederhana yang menggunakan pelepah pisang dan umbi-umbian. Gambar pertama masih tergolong polos karena cetak tinggi yang diterapkan masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Sedangkan pada gambar kedua, cetak tinggi mulai diterapkan pada bentuk-bentuk yang lebih tegas, misalnya membuat burung merak melalui teknik cetak tinggi sederhana ini.

           Penggunaan tinta dalam cetak tinggi sederhana ini, dapat juga menggunakan alat alternatif lain seperti cat air yang tidak dicairkan dengan air dan cat. Penggunaan dari masing-masing pilihan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apabila menggunakan cat air tanpa mencairkannya dengan air, pilihan warnanya memang lebih banyak, namun tidak efisien digunakan karena terlalu boros dan cat air akan cepat habis. Apabila menggunakan tinta atapun cat, pilihan warnanya lebih sedikit, namun lebih efisien digunakan karena harganya lebih murah dan isinya lebih banyak. Pada gambar diatas, itu merupakan hasil karya cetak tinggi sederhana yang menggunakan tinta.  Pembuatan karya seni dengan menerapkan teknik cetak tinggi ini cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam mengolah bentuk dan menciptakan bentuk yang unik sesuai tingkat kreativitas siswa.



Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A, Semester 4, Jurusan PGSD UNDIKSHA
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas kerajinan tangan dan seni rupa.





Sabtu, 31 Mei 2014

Kerajinan tangan dan seni rupa

KURIKULUM

         Kurikulum merupakan pedoman mengenai bahan ajar,pelaksanaan serta cara penilaian dari suatu kegiatan pembelajaran yang bersifat nasional untuk setiap bidang study. Kurikulum yang sebagai pedoman dalam proses pembelajaran ini dibuat untuk mencapai beberapa tujuan umum yaitu tercapainya proses pembelajaran yang optimal. Kurikulum memiliki empat elemen penting yang tercakup di dalamnya, yaitu isi, strategi pembelajaran, proses penilaian serta evaluasi. Keempat elemen ini sangat mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang optimal dan pedoman dari keempat elemen ini dapat dijadikan dasar atau bahan acuan dalam standar proses pelaksanaan pembelajaran. 
       Kurikulum  yang diterapkan saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum ini ada yang bersifat given (dari pusat) yang penerapannya tidak dapat dirubah dan harus mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan, serta kurikulum ada kurikulum yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, contohnya mata pelajaran mulok (muatan lokal). Dalam struktur kurikulum 2013 ini, terdapat dua kelompok bidang study yang terdiri dari kelompok A dan kelompok B. Kelompok A terdiri dari 6 bidang study diantaranya yaitu pendidikan agama dan budi pekerti, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS).  Kemudian untuk kelompok B terdiri dari 2 bidang study diantaranya yaitu  seni budaya dan prakarya serta bidang study penjasorkes. Masing-masing bidang study ini memiliki kompetensi inti dan kompetensi dasar yang harus dicermati oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Kompetensi dasar ini juga terbagi dalam dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran .     
Pada umumnya guru bidang study di sekolah dasar juga mencakup sebagai guru kelas dan harus melaksanakan kewajibannya sebagai guru kelas dan guru bidang study. GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) merupakan rancangan pembelajaran yang wajib dibuat sebelum proses pembelajaran itu dimulai. GBPP ini dapat dirancang per semester, dapat juga dirancang per tahunnya. Pembuatan GBPP ini harus berpatokan pada kompetensi dasar dan kompetensi inti yang ada pada kurikulum, serta diatur sedemikian rupa dengan memperhitungkan libur hari raya maupun libur lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berlangsung lebih terstruktur karena dengan GBPP ini, materi serta jumlah pertemuan dalam satu semester telah diatur. Namun, pada kenyataannya, pembuatan GBPP ini tidak mudah. Kesulitan dalam pembuatan GBPP ini terletak pada pengaturan waktu yang minim (karena banyak libur) dengan materi yang cukup banyak. Guru harus dapat mengatur antara waktu dan materi yang ditetapkan oleh pusat (dalam kurikulum 2013) dengan waktu belajar yang tersedia. Dengan demikian, apabila guru telah dapat mengaturnya dengan baik, maka proses pembelajarannya pun akan lebih terstruktur dan tidak rancu dalam pelaksanaaannya. Guru dalam mengajar juga tidak asal mengajar, tidak asal memberi materi, namum memiliki landasan atau acuan dalam melaksanakqn prises pembelajaran yang tertuang pada kurikulum, GBPP, RPP dan rancanganpendukung proses pembelajaran lainnya.


Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Jurusan PGSD Semester 4 Kelas A.




Rabu, 28 Mei 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan 7)

PENDIDIKAN SENI RUPA SEBAGAI ALAT, BUKAN SEBAGAI TUJUAN

          Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan yang tidak semata - ma ta hanya memperhatikan hasil akhirnya saja berupa karya seni, melainkan pendidikan seni rupa juga memperhatikan proses. Hal ini menandakan bahwa pendidikan seni rupa merupakan pendidikan yang berfungsi sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Artinya, pendidikan seni rupa adalah alat untuk mencapai kualitas diri yang lebih baik seperti pendewasaan diri, pematangan kemampuan, pematangan keterampilan maupun dalam hal kesiapan. Untuk dapat mencapainya, diperlukan beberapa hal yang mendukung pelaksanaan pendidikan seni rupa ini sebagai alat, diantaranya yaitu imajinasi serta kreativitas yang dimiliki oleh pelaku seni, dalam hal ini siswa sekolah dasar.
Setiap anak memiliki tingkat imajinasi serta kreativitas yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Ada anak yang memiliki tingkat imajinasi dan kreativitasnya rendah, sedang, bahkan ada anak yang tingkat imajinasi dan kreativitasnya tinggi, melampui tingkat imajinasi dan kreativitas yang sewajarnya. Apabila terdapat anak yang memiliki tingkat imajinasi serta kreativitas yang melampaui sewajarnya, ini bukan merupakan suatu hal yang aneh, melainkan hal ini perlu mendapat apresiasi yang positif, sehingga siswa dapat mengembangkan kelebihannya tersebut. Namun, realitanya banyak guru yang menyalahkan imajinasi dan kreativitas anak yang tinggi tersebut. Misalnya, ada seorang siswa yang menggambar rumah dan segala hal yang berada di dalam rumah tersebut seperti meja, lampu, kursi dan lainnya itu terlihat dari depan (rumah transparan). Guru yang menemukan hal ini cenderung mengatakan "nak, rumah itu memiliki dinding tembok, sehingga segala yang ada di dalam rumah itu tidak dapat terlihat" pada siswa yang bersangkutan. Padahal, jika guru dapat memaknai gambar tersebut dengan lebih dalam lagi, sebenarnya anak tersebut memiliki imajinasi serta kreativitas yang berbeda dengan yang seperti anak-anak pada umumnya karena siswa tersebut berimajinasi memiliki rumah transparan dan beda dengan rumah-rumah pada umunmnya. Apabila guru dapat lebih mencermati hal ini dan mendukung imajinasi dan kreativitas yang tinggi dari siswa ini dengan memberikan motivasi dan bimbingan pada anak ini, maka kreativitas dan imajinasi yang dimiliki oleh anak tersebut akan terus berkembang dan hal ini akan memberi dampak yang positif pada perkembangan prestasi anak kedepannya. Selain itu, pendidikan seni rupa sebagai alat untuk pendewasaan diri, pematangan kemampuan, pematangan keterampilan maupun dalam hal kesiapan dapat tercapai.





Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Jurusan PGSD Kelas A Semester 4.


Jumat, 18 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan ke 7)

AIR BRUSH SEDERHANA "RERUMPUTAN DI JALAN"

Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan yang diterapkan sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Artinya, pendidikan seni rupa ini diterapkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan yaitu pendewasaan diri, pematangan kemampuan, pematangan keterampilan, maupun pematangan dalam hal kesiapan. Jadi, pendidikan seni rupa ini merupakan alat untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan seni rupa tersebut, diperlukan suatu tingkat imajinasi dan kreativitas dari pelaku seni, dalam hal ini anak usia sekolah dasar. Setiap anak memiliki daya imajinasi yang berbeda – beda. Ada anak yang daya imajinasinya rendah, sedang, bahkan ada yang tinggi. Tidak jarang juga ditemukan anak yang memiliki daya imajinasi yang melampaui batas usianya dan ini perlu mendapat penilaian yang positif untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut menjadi hal yang positif dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi anak. Namun kenyataannya, tidak sedikit juga yang menyalahkan imajinasi – imajinasi anak. Misalnya, seorang anak sekolah dasar yang menggambar rumah transparan sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah tersebut itu terlihat misalnya meja, kursi, lampu dan lain – lain. Dalam kasus ini, seorang guru cenderung menyalahkan apa yang digambar oleh anak dengan mengatakan bahwa sebuah rumah itu memiliki dinding sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah itu tidak terlihat. Seharusnya, seorang guru dapat melihat tidak hanya pada satu sudut pandang, melainkan dari berbagai sudut pandang karena tidak semua anak memiliki daya imajinasi yang sama sehingga guru tidak langsung menyalahkan apa yang dibuat oleh muridnya sebagai hasi dari imajinasinya, tetapi memberikan nilai atau apresiasi yang positif terhadap anak tersebut.
Pendidikan seni rupa sebagai alat dapat diterapkan melalui teknik air brush sederhana. Teknik air brush sederhana merupakan salah satu teknik dalam kerajinan tangan dan seni rupa yang menggunakan alat – alat atau media yang sederhana seperti saringan, sikat gigi, cat air, palet, motif dari daun – daun dan buku gambar. Selain cat air, bahan pewarna juga dapat menggunakan sumba, namun kelemahan dari menggunakan media sumba sebagai pewana ini yaitu pilihan warna yang terbatas serta sulit untuk memadukan warna dalam proses pembuatan teknik air brush. Begitu juga dengan saringan, selain saringan juga dapat digunakan sisir sebagai pengganti media saringan. Akan tetapi, hasil dari teknik air brush yang menggunakan sisir tidak sehalus menggunakan saringan besi. Gambar dibawah ini merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana yang telah dibuat.

                  
  
Pada gambar diatas yang merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana dibuat dengan menggunakan motif dari dedaunan. Proses pembuatannya diawali dengan menyiapkan bahan – bahan, kemudian daun yang telah disiapkan diletakkan diatas kertas gambar. Daun yang dipersiapkan itu harus memiliki berat sehingga seluruh bagiannya dapat menempel pada kertas gambar, lalu atur posisi daun tersebut sesuai pola yang diinginkan.  Kemudian encerkan cat air, namun jangan terlalu encer karena dapat menyebabkan tetesan yang sangat besar saat melakukan teknik air brush sederhana. Setelah cat air diencerkan, gunakan sikat gigi untuk mengambil cat air pada palet tersebut dan gosokkan secara terus menerus dengan arah maju mundur pada saringan yang berada diatas kertas gambar yang sudah berisi daun. Pemilihan saringan juga dapat menentukan tingkat kehalusan dari karya teknik air brush sederhana ini. Saringan yang terbuat dari besi akan menghasilkan sebuah karya air brush yang lebih halus.
Pola dari daun yang digunakan dalam teknik air brush ini juga dapat dipindah – pindah sehingga akan menghasilkan gradasi warna pada pola dari teknik air brush sederhana ini. Pelaksanaannya yaitu setelah pola pertama terbentuk dengan warna yang telah dipilih, misalnya dengan warna merah, kemudian pindah pola tersebut ke arah lain dan kembali gosokkan sikat gigi yang telah berisi cat air diatas kertas gambar pada saringan dan lakukan pemindahan pola ini sesuai tingkat kebutuhan dari karya yang akan dihasilkan. Pemilihan warna dalam setiap pemindahan pola ini juga dapat divariasikan dengan menggunakan warna yang berbeda – beda pada setiap urutan pola. Dengan demikian, hasil karya yang dihasilkan juga memiliki gradasi warna yang lebih menarik. Seperti pada gambar hasil karya air brush diatas yang memadukan lebih dari satu warna yaitu warna merah, hijau tua, dan hijau muda dari setiap tahapan pola yang dibuat. Dengan memadukan warna – warna tersebut, maka hasil karya dari teknik air brush sederhana ini akan terlihat lebih menarik. Pola yang berasal dari daun diatas juga dipindah – pindah sehingga menghasilkan tidak hanya satu pola. Kemudian, ditambahkan juga titik – titik yang berbentuk seperti bunga diatas pola yang telah dibuat untuk menegaskan hasil karya yang dibuat.

Apabila dilihat secara keseluruhan setelah pembuatan karya air brush ini berakhir, dari sudut pandang pelaku sebagai pembuat karya air brush ini melihat pola berpindah yang dihasilkan dari daun ini tampak seperti rerumputan yang rimbun dan terdapat bunga kekuningan dari rerumputan liar yang ada disekitarnya dan dominan mencerminkan suasana alam dengan arah rumput yang kekiri dan kekanan. Proses pembuatan dari karya ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran yang tinggi dalam menggosok – gosokkan sikat yang sudah berisi cat air pada saringan yang letaknya diatas kertas gambar dengan pola daun yang telah dipasang. Sedikit saja salah bersikap dalam proses pembuatan air brush, maka akan berdampak pada rusaknya karya teknik air brush yang sedang dibuat. 

Oleh : Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Jurusan PGSD Semester IV UNDIKSHA.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan, khususnya mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Jumat, 04 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (pertemuan ke 6)

MONTASE ‘ANAK SEKOLAHAN’

            Teknik montase merupakan suatu teknik menggambar dengan memanfaatkan bentuk – bentuk yang telah ada. Montase ini lahir dalam dunia perfilman, dan dalam proses pembuatan perfilman tersebut, teknik montase ini banyak digunakan. Misalnya, dalam suatu perfilman terdapat aksi yang menakjubkan, menegangkan. Pembuatannya ini menggunakan teknik montase yaitu dengan cara menempelkan, sehingga aksi –aksi yang menakjubkan, menegangkan, bahkan membahayakan terlihat seperti nyata. Selain dalam dunia perfilman, teknik montase ini juga cocok diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya di nsekolah dasar. Teknik montase ini dikatakan cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena kegiatan ini dapat meningkatkan daya imajinasi anak, seni, dan kreativitas anak juga diperhatikan dalam pembuatan montase ini. Daya imajinasi yang dimiliki oleh tiap anak itu berbeda – beda. Ada yang memiliki daya imajinasi yang rendah, baik, bahkan ada anak yang daya imajinasinya tergolong sangat baik dan hasil kreativitasnya tersebut diluar perkiraan orang pada umumnya. Meskipun anak sekolah dasar tergolong masih bersifat kekanak – kanakan, namun tidak sedikit dari mereka yang memiliki daya imajinasi luar biasa hingga mampu menciptakan suatu karya seni montase yang unik dan menarik. Hal ini menandakan tidak semua anak sekolah dasar memiliki daya pikir dan daya imajinasi yang biasa – biasa saja.
            Dalam pembuatan montase, hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah mengumpulkan gambar – gambar yang menarik, baik itu dari majalah, koran, maupun sumber – sumber lainnya. Gambar – gambar yang telah dikumpulkan ini belum memiliki cerita. Namun, dengan menggunakan teknik montase, gambar – gambar yang telah dikumpulkan dan belum memiliki cerita ini akan menjadi suatu gambar baru dan memiliki cerita yang terkait dengan hasil susunan ataupun tempelan gambar  - gambar tersebut. Pembuatan gambar atau karya seni melalui teknik montase ini hampir tidak ditemukan kesulitan yang terlalu signifikan, karena dalam proes pembuatannya hanya menggunting dan menempel gambar – gambar yang telah dikumpulkan menjadi suatu karya seni dengan cerita yang baru. Hanya saja, daya imajinasi anak dalam hal ini yang akan mendasari hasil karya montase anak tergolong rendah, baik, atau amat baik. Semakin kuat daya imajinasi yang dimiliki oleh anak, maka hasil karya montase pun akan semakin unik dan menarik. Seperti yang terlihat pada montase di bawah ini.


Proses pembuatan montase diatas diawali dengan mengumpulkan berbagai gambar dari buku – buku bekas, kemudian menggunting gambar – gambar tersebut. Setelah itu, gambar – gambar yang telah digunting itu disusun sesuai dengan imajinasi pembuat montase. Dari hasil penyusunan gambar – gambar tersebut, tingkat imajinasi anak (pembuat montase) akan dapat ditafsirkan. Tingkat imajinasi yang baik bahkan amat baik, cenderung akan menghasilkan karya montase yang unik dan kreatif. Sedangkan tingkat imajinasi yang tergolong biasa – biasa saja, cenderung menghasilkan karya montase yang standard an biasa – biasa saja.
Dalam proses pembuatan karya montase ini juga dapat dipadukan dengan memanfaatkan teknik lainnya, seperti menggambar dengan crayon, spidol, pensil warna, melukis dengan menggunakan cat air, maupun dengan teknik lainnya. Seperti yang terlihat pada montase diatas yang dipadukan dengan memanfaatkan teknik menggambar dengan menggunakan crayon. Namun, meskipun dapat dipadukan dengan teknik yang lainnya, eknik montase ini harus tetap ditonjolkan. Artinya, teknik selain tenik montase tidak mendominasi dalam pembuatan suatu karya senidengan menggunakan teknik montase.
Gambar gambar yang digunakan pada teknik montase, sebelumnya tidak memiliki cerita tersendiri. Namun, setelah disusun dengan memperhatikan imajinasi masing – masing pembuat karya montase, gambar yang tidak memiliki cerita tersebut akhirnya memiliki suatu cerita tersendiri. Pada montase yang telah dibuat seperti pada gambar diatas, montase tersebut mengandung sebuah cerita tentang dua orang anak sekolah dasar yang kembar sedang berjalan menuju sekolah. Ditengah perjalanan, mereka melihat seorang anak yang duduk sendiri di bawah rimbunnya pepohonan sambil membaca buku. Anak itu memang tetangga dari anak kembar ini, yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi keluarga anak tersebut yang lemah. Namun, ditengah keterbatasan tersebut, anak teersebut tetap memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga meskipun ia tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah, ia selalu belajar apapun yang bisa dipelajari dibantu oleh teman – teman dan orangtuanya dengan buku seadanya yang berasal dari sumbangan teman – teman di sekitar rumah anak tersebut. Kemudian anak kembar ini berencana untuk menyumbangkan lagi buku – bukunya yang sudah tidak terpakai itu kepada tetangganya karena mereka prihatin melihat kondisi dan semangat ynag dimiliki oleh tetangganya itu.
Sebelum disusun, gambar – gambar yang ada pada montase diatas tidak memiliki cerita seperti setelah gambar – gambar tersebut disusun. Namun, setelah disusun menurut imajinasi pembuat karya montase, maka gambar – gambar tersebut akan terlihat unik, menarik, kreatif, serta mengandung cerita tersendiri.


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.
Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Semester IV Jurusan PGSD.