Jumat, 18 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (Pertemuan ke 7)

AIR BRUSH SEDERHANA "RERUMPUTAN DI JALAN"

Pendidikan seni rupa merupakan pendidikan yang diterapkan sebagai alat, bukan sebagai tujuan. Artinya, pendidikan seni rupa ini diterapkan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan yaitu pendewasaan diri, pematangan kemampuan, pematangan keterampilan, maupun pematangan dalam hal kesiapan. Jadi, pendidikan seni rupa ini merupakan alat untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan seni rupa tersebut, diperlukan suatu tingkat imajinasi dan kreativitas dari pelaku seni, dalam hal ini anak usia sekolah dasar. Setiap anak memiliki daya imajinasi yang berbeda – beda. Ada anak yang daya imajinasinya rendah, sedang, bahkan ada yang tinggi. Tidak jarang juga ditemukan anak yang memiliki daya imajinasi yang melampaui batas usianya dan ini perlu mendapat penilaian yang positif untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut menjadi hal yang positif dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi anak. Namun kenyataannya, tidak sedikit juga yang menyalahkan imajinasi – imajinasi anak. Misalnya, seorang anak sekolah dasar yang menggambar rumah transparan sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah tersebut itu terlihat misalnya meja, kursi, lampu dan lain – lain. Dalam kasus ini, seorang guru cenderung menyalahkan apa yang digambar oleh anak dengan mengatakan bahwa sebuah rumah itu memiliki dinding sehingga segala sesuatu yang ada di dalam rumah itu tidak terlihat. Seharusnya, seorang guru dapat melihat tidak hanya pada satu sudut pandang, melainkan dari berbagai sudut pandang karena tidak semua anak memiliki daya imajinasi yang sama sehingga guru tidak langsung menyalahkan apa yang dibuat oleh muridnya sebagai hasi dari imajinasinya, tetapi memberikan nilai atau apresiasi yang positif terhadap anak tersebut.
Pendidikan seni rupa sebagai alat dapat diterapkan melalui teknik air brush sederhana. Teknik air brush sederhana merupakan salah satu teknik dalam kerajinan tangan dan seni rupa yang menggunakan alat – alat atau media yang sederhana seperti saringan, sikat gigi, cat air, palet, motif dari daun – daun dan buku gambar. Selain cat air, bahan pewarna juga dapat menggunakan sumba, namun kelemahan dari menggunakan media sumba sebagai pewana ini yaitu pilihan warna yang terbatas serta sulit untuk memadukan warna dalam proses pembuatan teknik air brush. Begitu juga dengan saringan, selain saringan juga dapat digunakan sisir sebagai pengganti media saringan. Akan tetapi, hasil dari teknik air brush yang menggunakan sisir tidak sehalus menggunakan saringan besi. Gambar dibawah ini merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana yang telah dibuat.

                  
  
Pada gambar diatas yang merupakan hasil karya dari teknik air brush sederhana dibuat dengan menggunakan motif dari dedaunan. Proses pembuatannya diawali dengan menyiapkan bahan – bahan, kemudian daun yang telah disiapkan diletakkan diatas kertas gambar. Daun yang dipersiapkan itu harus memiliki berat sehingga seluruh bagiannya dapat menempel pada kertas gambar, lalu atur posisi daun tersebut sesuai pola yang diinginkan.  Kemudian encerkan cat air, namun jangan terlalu encer karena dapat menyebabkan tetesan yang sangat besar saat melakukan teknik air brush sederhana. Setelah cat air diencerkan, gunakan sikat gigi untuk mengambil cat air pada palet tersebut dan gosokkan secara terus menerus dengan arah maju mundur pada saringan yang berada diatas kertas gambar yang sudah berisi daun. Pemilihan saringan juga dapat menentukan tingkat kehalusan dari karya teknik air brush sederhana ini. Saringan yang terbuat dari besi akan menghasilkan sebuah karya air brush yang lebih halus.
Pola dari daun yang digunakan dalam teknik air brush ini juga dapat dipindah – pindah sehingga akan menghasilkan gradasi warna pada pola dari teknik air brush sederhana ini. Pelaksanaannya yaitu setelah pola pertama terbentuk dengan warna yang telah dipilih, misalnya dengan warna merah, kemudian pindah pola tersebut ke arah lain dan kembali gosokkan sikat gigi yang telah berisi cat air diatas kertas gambar pada saringan dan lakukan pemindahan pola ini sesuai tingkat kebutuhan dari karya yang akan dihasilkan. Pemilihan warna dalam setiap pemindahan pola ini juga dapat divariasikan dengan menggunakan warna yang berbeda – beda pada setiap urutan pola. Dengan demikian, hasil karya yang dihasilkan juga memiliki gradasi warna yang lebih menarik. Seperti pada gambar hasil karya air brush diatas yang memadukan lebih dari satu warna yaitu warna merah, hijau tua, dan hijau muda dari setiap tahapan pola yang dibuat. Dengan memadukan warna – warna tersebut, maka hasil karya dari teknik air brush sederhana ini akan terlihat lebih menarik. Pola yang berasal dari daun diatas juga dipindah – pindah sehingga menghasilkan tidak hanya satu pola. Kemudian, ditambahkan juga titik – titik yang berbentuk seperti bunga diatas pola yang telah dibuat untuk menegaskan hasil karya yang dibuat.

Apabila dilihat secara keseluruhan setelah pembuatan karya air brush ini berakhir, dari sudut pandang pelaku sebagai pembuat karya air brush ini melihat pola berpindah yang dihasilkan dari daun ini tampak seperti rerumputan yang rimbun dan terdapat bunga kekuningan dari rerumputan liar yang ada disekitarnya dan dominan mencerminkan suasana alam dengan arah rumput yang kekiri dan kekanan. Proses pembuatan dari karya ini juga membutuhkan waktu yang cukup lama dan kesabaran yang tinggi dalam menggosok – gosokkan sikat yang sudah berisi cat air pada saringan yang letaknya diatas kertas gambar dengan pola daun yang telah dipasang. Sedikit saja salah bersikap dalam proses pembuatan air brush, maka akan berdampak pada rusaknya karya teknik air brush yang sedang dibuat. 

Oleh : Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Jurusan PGSD Semester IV UNDIKSHA.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan, khususnya mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.

Jumat, 04 April 2014

Kerajinan Tangan dan Seni Rupa (pertemuan ke 6)

MONTASE ‘ANAK SEKOLAHAN’

            Teknik montase merupakan suatu teknik menggambar dengan memanfaatkan bentuk – bentuk yang telah ada. Montase ini lahir dalam dunia perfilman, dan dalam proses pembuatan perfilman tersebut, teknik montase ini banyak digunakan. Misalnya, dalam suatu perfilman terdapat aksi yang menakjubkan, menegangkan. Pembuatannya ini menggunakan teknik montase yaitu dengan cara menempelkan, sehingga aksi –aksi yang menakjubkan, menegangkan, bahkan membahayakan terlihat seperti nyata. Selain dalam dunia perfilman, teknik montase ini juga cocok diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya di nsekolah dasar. Teknik montase ini dikatakan cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena kegiatan ini dapat meningkatkan daya imajinasi anak, seni, dan kreativitas anak juga diperhatikan dalam pembuatan montase ini. Daya imajinasi yang dimiliki oleh tiap anak itu berbeda – beda. Ada yang memiliki daya imajinasi yang rendah, baik, bahkan ada anak yang daya imajinasinya tergolong sangat baik dan hasil kreativitasnya tersebut diluar perkiraan orang pada umumnya. Meskipun anak sekolah dasar tergolong masih bersifat kekanak – kanakan, namun tidak sedikit dari mereka yang memiliki daya imajinasi luar biasa hingga mampu menciptakan suatu karya seni montase yang unik dan menarik. Hal ini menandakan tidak semua anak sekolah dasar memiliki daya pikir dan daya imajinasi yang biasa – biasa saja.
            Dalam pembuatan montase, hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah mengumpulkan gambar – gambar yang menarik, baik itu dari majalah, koran, maupun sumber – sumber lainnya. Gambar – gambar yang telah dikumpulkan ini belum memiliki cerita. Namun, dengan menggunakan teknik montase, gambar – gambar yang telah dikumpulkan dan belum memiliki cerita ini akan menjadi suatu gambar baru dan memiliki cerita yang terkait dengan hasil susunan ataupun tempelan gambar  - gambar tersebut. Pembuatan gambar atau karya seni melalui teknik montase ini hampir tidak ditemukan kesulitan yang terlalu signifikan, karena dalam proes pembuatannya hanya menggunting dan menempel gambar – gambar yang telah dikumpulkan menjadi suatu karya seni dengan cerita yang baru. Hanya saja, daya imajinasi anak dalam hal ini yang akan mendasari hasil karya montase anak tergolong rendah, baik, atau amat baik. Semakin kuat daya imajinasi yang dimiliki oleh anak, maka hasil karya montase pun akan semakin unik dan menarik. Seperti yang terlihat pada montase di bawah ini.


Proses pembuatan montase diatas diawali dengan mengumpulkan berbagai gambar dari buku – buku bekas, kemudian menggunting gambar – gambar tersebut. Setelah itu, gambar – gambar yang telah digunting itu disusun sesuai dengan imajinasi pembuat montase. Dari hasil penyusunan gambar – gambar tersebut, tingkat imajinasi anak (pembuat montase) akan dapat ditafsirkan. Tingkat imajinasi yang baik bahkan amat baik, cenderung akan menghasilkan karya montase yang unik dan kreatif. Sedangkan tingkat imajinasi yang tergolong biasa – biasa saja, cenderung menghasilkan karya montase yang standard an biasa – biasa saja.
Dalam proses pembuatan karya montase ini juga dapat dipadukan dengan memanfaatkan teknik lainnya, seperti menggambar dengan crayon, spidol, pensil warna, melukis dengan menggunakan cat air, maupun dengan teknik lainnya. Seperti yang terlihat pada montase diatas yang dipadukan dengan memanfaatkan teknik menggambar dengan menggunakan crayon. Namun, meskipun dapat dipadukan dengan teknik yang lainnya, eknik montase ini harus tetap ditonjolkan. Artinya, teknik selain tenik montase tidak mendominasi dalam pembuatan suatu karya senidengan menggunakan teknik montase.
Gambar gambar yang digunakan pada teknik montase, sebelumnya tidak memiliki cerita tersendiri. Namun, setelah disusun dengan memperhatikan imajinasi masing – masing pembuat karya montase, gambar yang tidak memiliki cerita tersebut akhirnya memiliki suatu cerita tersendiri. Pada montase yang telah dibuat seperti pada gambar diatas, montase tersebut mengandung sebuah cerita tentang dua orang anak sekolah dasar yang kembar sedang berjalan menuju sekolah. Ditengah perjalanan, mereka melihat seorang anak yang duduk sendiri di bawah rimbunnya pepohonan sambil membaca buku. Anak itu memang tetangga dari anak kembar ini, yang tidak dapat mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi keluarga anak tersebut yang lemah. Namun, ditengah keterbatasan tersebut, anak teersebut tetap memiliki semangat belajar yang tinggi sehingga meskipun ia tidak bisa merasakan duduk di bangku sekolah, ia selalu belajar apapun yang bisa dipelajari dibantu oleh teman – teman dan orangtuanya dengan buku seadanya yang berasal dari sumbangan teman – teman di sekitar rumah anak tersebut. Kemudian anak kembar ini berencana untuk menyumbangkan lagi buku – bukunya yang sudah tidak terpakai itu kepada tetangganya karena mereka prihatin melihat kondisi dan semangat ynag dimiliki oleh tetangganya itu.
Sebelum disusun, gambar – gambar yang ada pada montase diatas tidak memiliki cerita seperti setelah gambar – gambar tersebut disusun. Namun, setelah disusun menurut imajinasi pembuat karya montase, maka gambar – gambar tersebut akan terlihat unik, menarik, kreatif, serta mengandung cerita tersendiri.


Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah kerajinan tangan dan seni rupa.
Oleh Ni Luh Ketut Yunita Sari (1211031013) Kelas A Semester IV Jurusan PGSD.